Friday, May 31, 2013

Trip To Jogja - Malioboro dan Benteng Vredeburg

Manusia Pohon, berlokasi di dekat perempatan.
Usai menikmati wisata sejarah Tamansari saya melanjutkan ke tempat wisata selanjutnya. Kali ini saya menikmati wisata sendiri saja karena yang lain lebih memilih untuk berbelanja. Waktu yang saya miliki lumayan lama sebelum menuju Borobudur karena sekaligus menanti kedatangan teman saya yang lainnya. Berhubung menanti teman saya yang satu ini, saya memilih untuk tetap berkeliling di daerah kota yakni Malioboro dan Benteng Vredeburg.

Ibu penjual sate
Walaupun hari semakin sore, namun sepanjang jalanan malioboro ramai sekali. Bahkan semakin sore malah semakin banyak pengunjung yang tumpah ruah di jalanan. Untuk wisatawan yang datang dari luar kota mungkin sibuk di dalam toko-toko yang umumnya menjajakan baju batik atau kaos-kaos khas jogja. Sementara yang lain, orang-orang yang duduk-duduk santai di pinggir jalan, yang menikmati riuhnya jalanan di suasana sore kota jogja adalah orang-orang lokal,  I guess. Pemandangan lainnya tentunya ramainya kendaraan yang juga menyesaki jalanan, dari kendaraan bermotor maupun kendaraan khas Malioboro -dokar dan becak. Dan satu lagi, ternyata semakin sore ibu-ibu penjaja sate keliling semakin banyak. Begini toh pemandangan akhir minggu Kota Jogja?

Wisatawan asing di pinggir jalan Malioboro

Dokar- kereta kuda yang disewakan di jalanan
Malioboro

Tak hanya melihat-lihat suasana Jalanan Malioboro, saya juga menyambangi beberapa toko. Sudah jauh-jauh ke  Jogja tapi pulang tanpa kenang-kenangan rasanya kurang afdhol. Berhubung kebanyakan toko menjajakan batik, yowis saya juga mencari batik saja. Dari beberapa toko yang saya masuki, saya simpulkan kalau Malioboro ini menyediakan berbagai macam kualitas batik. Dari batik cap yang murah hingga batik tulis yang terkenal mahal. Saya sendiri pada akhirnya membeli batik cap sajalah untuk menambah koleksi baju kondangan (sebenarnya budget minim sih,hehe). Satu hal yang sebenenarnya saya cari adalah toko souvenir yang menjual kerajinan-kerajinan tangan. Tapi sayangnya saya tidak menemukanya. Ada beberapa yang menjajakan souvenir seperti sekedar gelang, kalung, blangkon atau iket. Akan tetapi saya ingin melihat yang lebih banyak :D Atau mugkin saja saya tidak menyusuri Malioboro di tempat yang tepat.

Museum Benteng Vredeburg

Monumen Serangan Umum Sebelas Maret- sebelah
Museum Vredeburg
Merasa puas berkeliling tapi teman yang ditunggu belum datang juga, akhirnya saya mampir ke Benteng Vredeburg yang lokasinya masih di sekitar Maliboro. Dari namanya, benteng ini tentu dibuat pada zaman Belanda. Ketika saya memasuki benteng ini, terdapat loket untuk memasuki museum. Saya sendiri kurang tahu mengenai museum ini dan apa isinya karena saat itu sudah ditutup. Mungkin karena waktu sudah cukup sore. Akhirnya saya hanya berkeliling di dalam benteng saja. Tentu saja hanya membutuhkan waktu yang singkat saja.

Gedung BNI di dekat perempatan
Penjelajahan saya harus diakhiri ketika teman saya menjemput saya. Cukup puas menikmati Malioboro dengan "me-time" saya. Lalu, tinggal menuju Borobudur untuk acara selanjutnya.


Note:
- Bagi yang suka fotografi ada beberapa objek yang menarik terutama objek bangunan-bangunan
- Untuk mengambil objek bangunan mungkin harus 'steril' dan pengalaman saya saat itu, akan sulit untuk 'steril' kalau banyak pengunjung. Jadi, hindarilah saat-saat weekend :D
- Sebaliknya, kalau ingin menikmati Malioboro yang ramai, silakan datang saat weekend.
- Berkeliling dengan jalan kaki sepertinya tepat tapi syaratnya harus punya stamina tinggi. Kalau ingin tidak terlalu capek bisa menyewa dokar atau becak




Related Posts:
Trip To Jogja - Tamansari
Trip To Jogja - Gudeg Yu Djum
Trip To Jogja - Malam Waisak 2013, Borobudur
Trip To Jogja - Menanti Mentari di Punthuk Setumbu dan Jelajah Borobudur Pagi Hari
Trip To Jogja - Vihara Mendut dan Beringin Kembar


Tuesday, May 28, 2013

Trip To Jogja - Tamansari

Gerbang Masuk Tamansari

Destinasi pertama pada Trip Jogja saya yang lalu adalah Tamansari. Tadinya, saya dan teman-teman ingin ke Malioboro. Akan tetapi, sopir rental mobil kami menyarankan untuk mengunjungi Tamansari terlebih dahulu karena kalau sore dikhawatirkan akan tutup. Jadilah kami menuju Tamansari terlebih dahulu sebelum tempat-tempat lainnya.

Tamansari dikenal sebagai kompleks pemandian permaisuri dan selir sultan jogja. Info ini juga saya peroleh dari sopir rental kami. Pada saat di Tamansari kami memang minim informasi karena kesalahan tidak menyewa guide yang menjelaskan sejarah Tamansari sendiri. Alhasil sekembalinya dari Tamansari masih lumayan 'gelap info'. Tapi, kalau ingin mengetahui lebih jelas tentang sejarahnya sudah banyak yang mengulas. Jadi, silakan googling saja,hehe

Ya, selama di Tamansari bisa dibilang saya hanya wisata bangunan. Seperti yang saya sebutkan tadi, karena kami tidak menyewa guide, jadi informasi mengenai seluk beluk Tamansari juga kurang. Selain itu, sesaat setelah memasuki Tamansari, hujan deras mengguyur tanah jogja. Berhubung kompleks Tamansari merupakan kompleks bangunan terbuka, kami harus berteduh terlebih dahulu. Ruginya lagi, otomatis waktu yang kami punyai semakin berkurang karena menunggu hujan reda.

Lokasi Tamansari ini sendiri termasuk di pusat Kota Jogja. Seingat saya tidak jauh dari lokasi Malioboro. Namun, jalanan menuju Tamansari perlu masuk ke dalam gang-gang yang sempit. Kalau menyewa rental mobil pasti akan sangat mudah. Untuk angkutan umum saya sendiri kurang tahu. Mungkin alternatif yang dapat digunakan adalah becak. 

Memasuki kompleks Tamansari, akan ada halaman yang memanjang. Halaman ini digunakan sebagai parkir mobil-mobil pengunjung. Akan tetapi, menurut saya space-nya cukup sempit. Apalagi kalau pengunjung sedang ramai. Mungkin ada tempat di sisi kanan kiri halaman tadi yang bisa dijadikan tempat parkir. But, I am afraid there's no more space. Tapi tidak ada salahnya dicoba untuk dipertanyakan kemungkinannya,hehe

Setelah melewati halaman memanjang, kita dapat menemui loket penjualan tiket masuk Tamansari. Tiket masuknya relatif murah seharga 3000 rupiah saja. Kemudian, setelah usai membeli tiket, dapat langsung memasuki kompleks Tamansari melalui semacam gapura utama. Di dalam bangunan semacam gapura tersebut teradapat semacam ruangan-ruangan kecil. 

Selamat datang di Tamansari
Ornamen patung di gerbang pintu masuk
Selepas dari gapura tersebut, kita masuk ke area semacam taman. Di taman ini terdapat pepohonan dan tanaman-tanaman yang disusun rapi dalam pot. Selain itu terdapat bangunan -bangunan yang berdiri sendiri seperti gazebo terbuka tanpa pintu. Nah, di bangunan inilah saya meneduh saat hujan deras turun dengan beberapa turis lainnya. Beruntung ada bangunan ini sebagai tempat meneduh. 






Pemandangan - pemandangan taman
Setelah menunggu cukup lama, sepertinya ada 30 menit, saya melanjutkan ke area berikutnya. Walaupun masih gerimis rintik-rintik, saya harus bergerak. Kalau tidak, tentu saya akan kehabisan waktu. Untuk memasuki area berikutnya saya harus melewati semacam gapura lagi dengan tangga menurun. Setelah menuruni tangga ini, terdapat dua kolam. Sepertinya, inilah kolam yang disebut sebagai tempat pemandian permaisuri atau sultan. Arsitekturnya memang bagus, simetris. Dan saya rasa inilah pusat dari kompleks Tamansari ini.

Kolam di bagian utama Tamansari
Kolam dari sisi seberangnya

Menara di samping kolam

Menyeberangi kolam yang ada, saya melewati gapura serupa  gapura serupa sebelumnya. Namun, sebaliknya, tangga yang dilewati harus menanjak. Setelah melewati tangga menanjak ini, saya sampai di halaman luas. Sepertinya desainnya sama dengan taman yang saya lewati sebelumnya. Hanya saja, tidak terdapat tanaman-tanaman hias atau bangunan mirip gazebo. Hanya area yang luas. Di ujung area ini, masih terdapat bangunan kecil lainnya. Tapi, setelah saya telusuri hanya, bangunan dengan ruangan-ruangan kecil yang memiliki pintu keluar menuju perumahan warga.

Selesai menyusuri kompleks Tamansari dari ujung ke ujung. Saya bergegas kembali ke mobil karena ada tempat lain yang musti dikunjungi. Sementara itu hari semakin sore. Sedangkan saya harus sampai di Borobudur petang harinya.


Note:
- Terkait dengan lahan parkir yang saya sebutkan sebelumnya, apabila khawatir dengan tempat yang ada, sebaiknya datang di waktu yang tidak ramai.  Atau mungkin, musti dikonfirmasi apakah ada lahan parkir yang lain atau tidak.
- Saya sarankan untuk menyewa guide untuk menjelaskan segala hal tentang Tamansari sendiri.
- Agar tidak terjebak hujan, mungkin sebaiknya trip dilakukan saat hari cerah.


Related Post:

Trip To Jogja - Waisak Trip 2013 (Pembukaan)

~Tulisan ini hanya pembukaan dan rangkuman dari trip saya ke Jogja 24-27 Mei 2013 
Akhir minggu lalu, trip ke Jogja berhasil dieksekusi. Dengan berbagai unexpected conditions yang ditemui dalam perjalanannya, akhirnya usai sudah trip menyambangi Kota Jogja dan Kota Magelang. Well, saya tidak mau memungkiri kalau ada sedikit rasa kekecewaan. Akan tetapi, saya tidak mau menyesalinya karena memang ada esensi lain yang saya dapatkan. Dan, trip kemarin benar-benar menyenangan kok, kan banyak teman-teman saya yang ikut :)

Untuk peserta dalam perjalanan ini sendiri ada 10 orang. Jumlah yang termasuk banyak bukan? Selain saya ada Edy, Adul, Wakid, Bugi, Imam, Lisana, Yunika, Gardina, Chica. Thank you all sudah menjadi partner jalan-jalan selama di Jogja-Magelang walaupun waktu datang tidak sama, tujuan tidak sama, waktu pulang pun tidak sama. Namun, kita masih berusaha untuk menyesuaikan satu sama lain. Very nice..

Selama kurang lebih dua hari, ada beberapa tempat yang sempat saya kunjungi. Diantara tempat-tempat tersebut yaitu Tamansari, Malioboro, Benteng Vrederburg, Borobudur, Bukit Punthuk Setumbu, Biara Ibadah di Mendut, dan terakhir Beringin Kembar. Tidak begitu banyak tempat yang sempat saya kunjungi dalam dua hari karena memang tidak dua hari sepenuhnya (alasan,hehe...)

Terakhir tidak lupa saya mau mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yaitu Zella-junior semasa saya SMA yang memberikan tumpangan mandi, mas didik, mas arifin dan mas iskandar dari asyik transport yang memberikan pelayanan rental mobilnya, pak kepala desa dan ibu homestay anita, terima kasih semuanya.

At last, berikut ini keseluruhan rundown trip saya kemarin. Cerita detilnya nanti masing-masing mungkin ya..

Jumat, 24 Mei 2013
17.00                     Standby di Terminal Ranti, Jakarta Timur
20.00                     Berangkat dari Terminal Pinang Ranti menuju Jogjakarta

Sabtu, 25 Mei 2013
11.00                     Tiba di Terminal Jombor, Jogjakarta- Brunch di McD
12.00                     Sholat dan Mandi di daerah Monjali
13.00                     Menuju Tamansari
14.30                     Makan siang di Gudeg Yu Djum
15.30                     Malioboro, Benteng Vrederburg, dan sekitarnya (sambil menunggu teman)
17.00                     Menuju Borobudur
20.00                     Sampai di daerah Borobudur, mampir penginapan, langsung ke Candi Borobudur

Minggu, 26 Mei 2013

00.00                    Makan dan Menuju Penginapan
4.00                     Menuju Bukit Punthuk Setumbu
6.00                     Menuju Candi Borobudur
8.00                     Kembali ke Penginapan
9.00                     Menuju Jogja
9.30                     Mampir di Wihara Mendut
11.00                   Tiba di Beringin Kembar
12.00                   Tiba di Kawasan Malioboro
13.30                   Menuju Solo
15.45                   Tiba di Stasiun Jebres
16.00                   Bertolak menuju Jakarta

Senin, 27 Mei 2013

2.00                    Tiba di Stasiun Jatinegara
4.00                    Menuju rumah
5.00                    Tiba di rumah dengan selamat :)


Demikian rangkuman jalan-jalan di Jogja weekend lalu, sisanya nanti lagi :)


Related Post:

Wednesday, May 22, 2013

Pulang Sekolah 'Nrabas' dan Memunguti Kayu Bakar (Memori 3)



Sekali ini, kembali lagi ingatan masa kecil muncul di kepala. Saya jadi teringat semacam quote yang menyatakan kalau malam mempertajam ingatan kita. Begitu pula malam ini, ingatan masa kecil tersebut muncul dan ingin sekali dituliskan. 

Untuk kali ini memori saya tertarik ke masa saya pulang sekolah saat sekolah dasar dulu. Saat dimana pulang sekolah tak hanya 'sekedar' pulang sekolah. Karena ada aktivitas 'ekstra' sembari perjalanan pulang sekolah tersebut.

Jalanan dari dan ke rumah (embah) saya bisa dibilang cukup sulit. Jarak sekolah saya dengan rumah (embah) cukup jauh sekitar 2 km. Untuk ukuran anak SD mungkin ditempuh dalam setengah jam. Untuk jalanannya sendiri, kala itu sudah beraspal. Akan tetapi, aspalnya itu aspal yang sudah rusak. Jadi, jalanan umum yang saya lewati itu ya banyak berserakan kerikil lepas. Kalau musim hujan? Ya silakan dibayangkan sendiri,hehe.  

Tapi sebenarnya, jalan tersebut hanya jalan utama saja dan ada jalan 'alternatif' untuk menuju sekolah atau pulang ke rumah. Kalau orang jawa jalan ini disebut sebagai jalan 'trabasan'. Mungkin term jalan alternatif juga kurang cocok melainkan jalan tikus yang lebih cocok atau bahasa kerennya shortcut. Tantangannya bukan lagi sekedar jalanan yang ditinggal oleh kerikil-kerikil aspalnya tapi jalanannya berupa jalan setapak yang hanya bisa dilewati kaki manusia, bukan motor atau bahkan mobil. Apalagi, ada sungai yang musti diseberangi dan hutan-hutan yang musti disusuri (cool!! :p). Untuk waktu tempuhnya, tentu jauh lebih singkat.

Ilustrasi perjalanan pulang :D

Saat itu saya dan teman-teman merasa senang-senang saja untuk nrabas tersebut. Bukannya kenapa-kenapa, tapi karena memang mempersingkat waktu pulang. Dan lagi, biasanya saya nrabas kalau waktu pulang sekolah saja. Saat berangkat saya dan teman-teman tidak mau lewat 'jalan tikus' tersebut karena khawatir bajunya kotor, harus melepas sepatu, repot. Jadilah pilihan yang tepat untuk nrabas adalah saat pulang sekolah saja, sudah tidak perlu repot-repot memperhatikan kerapihan, bisa leluasa nyeker untuk menyeberangi sungai, dan yang paling penting adalah cepat sampai rumah karena perut sudah keroncongan,hehe

Nah, kadangkala saya dan teman-teman memunguti kayu bakar sepanjang kami menyusuri hutan. Inilah aktivitas 'ekstra' yang saya singgung di awal. Kalau diingat-ingat, sebenarnya embah saya tidak menyuruh saya untuk mencari kayu bakar tersebut. Tapi toh saya dan teman-teman melakukannya :D. Untuk motivasinya sendiri apa ya? Simply,  mungkin kami ingin meringankan orang tua-orang tua kami dalam mencari kayu bakar, atau sekalian untuk membersihkan jalan setapak yang kami lewati, atau mungkin untuk bersenang-senang saja (maklum anak kecil) atau mungkin karena semua alasan tersebut. Entahlah,, intinya sembari pulang kalau melewati jalan tersebut biasanya tangan yang satu menenteng sepatu, tangan yang lain memegang tumpukan kayu. Seru euy :p

Well, at last this memory has been recorded. Yang pasti saya senang sekali mendapati pengalaman tersebut. Tidak hanya sekarang, sejauh saya mengingat memang hal itu menyenangkan. 


Wednesday, May 1, 2013

Kawah Putih Ciwidey nan Menawan

Finally, here we go, another getaway of mine...

The members
Perjalanan kali ini adalah perjalanan bersama teman-teman kantor saya di daerah Bandung yaitu Kawah Putih, Ciwidey. Sebenarnya bisa dibilang ini adalah jalan-jalan "sambil menyelam minum air" karena trip-nya sendiri trip colongan di tengah-tengah job hunting *ups*. Well, yeaa, saya dan beberapa teman memang kompakan untuk mengikuti job fair sekaligus merencanakan jalan-jalan. So, tidak sepenuhnya terdengar sebagai 'anak nakal' kan? :D

Dua hari penuh kami di Bandung, hari pertama direncanakan untuk menghadiri acara jobfair sedangkan hari kedua untuk eksekusi jalan-jalan colongan tersebut. Saya rasa cerita hari pertama tidak perlu disebutkan di sini walaupun ada sedikit cerita "jalan-jalan ga jelas" di kota Bandung itu sendiri. Mungkin nanti saya simpan untuk diceritakan di lain kesempatan. Dan, mari lanjut ke cerita utama-nya, cerita hari kedua.

Kita mulai dari persiapan terlebih dahulu. Sebenarnya, bahkan sampai H-1 kami tidak mempersiapkan bagaimana nantinya mencapai Kawah Putih itu sendiri. Kami hanya memiliki tujuan Kawah Putih tanpa ada persiapan matang. Belum ada kepastian malam itu akan bermalam di dekat Kawah Putih atau akan menuju sana esok harinya. Teman saya sangat merekomendasikan untuk bermalam di kawasan Kawah Putih saja, selain karena dekat pemandangannya bagus, ada sumber mata air panas,  plus tidak perlu repot-repot menginap di rumah teman kami. Akan tetapi, ketika  dicek by phone, semuanya full booked. Sangat masuk akal karena waktu itu adalah weekend. Jadi, kalau ingin bermalam di daerah ini (kalau tidak salah namanya daerah cimanggu) sebaiknya dipesan jauh-jauh hari. Karena opsi pertama gagal, berarti kami harus merepotkan teman kami untuk tinggal di rumahnya kemudian menuju Kawah Putih esok harinya. Dengan apa menuju Kawah Putih? Kami berencana untuk mencharter angkot. Kami berencana untuk bertolak dari rumah teman kami pukul 7 pagi.

Well, rencana tinggal rencana, apalagi tinggal di Indonesia, pasti ngaret dong ( kidding :p ), that morning was really messed up (tapi seru euy..) Pukul tujuh beberapa orang masih mengantre mandi. Mau bagaimana lagi hawa Bandung memang membuat orang jauh-jauh dari air waktu pagi hari. Untungnya waktu itu saya mandi pukul 5 pagi,brrr (keren kan? *sesumbar* :p). Ada lagi yang lain mencari sarapan sekaligus mencari angkot untuk dicharter. Yang lain lagi, seperti saya, duduk manis di depan TV. Sekitar sejam kemudian, we're all set up, mandi sudah, sarapan sudah, angkot sudah menunggu di depan rumah, ready to go.. !!(Bagi yang ingin mempunyai referensi charteran angkot, untuk 8 orang waktu itu kami kena charge 330ribu. Saya kurang begitu tahu ini termasuk murah atau mahal karena tidak tahu pasaran harganya)

Tanda Masuk Kawasan Kawah Putih
Berdasarkan info dari teman saya, perjalanan diestimasi sekitar dua jam. Walaupun naik angkot, menurut saya tidak seburuk itu. Apalagi kalau perjalanan bersama teman-teman, apapun kondisinya pasti tetap menyenangkan,bukan? Pilihan menggunakan angkot ini saya rasa sangat tepat terutama jika menginginkan budget yang sedikit dengan massa yang banyak. Selama selang waktu dua jam kami habiskan untuk mengobrol, singing together dan pastinya tidur mengingat hari sebelumnya cukup melelahkan. Hal yang perlu diwaspadai ketika melakukan perjalanan saat akhir minggu adalah macet. Beruntung kami hanya mendapati sebentar saja. Sehingga, dalam waktu sekitar dua jam kami benar-benar mencapai Kawah Putih.

Sekitar pukul 10 lebih kami tiba di tempat tujuan kami, Kawah Putih Ciwidey. For your information, tiket untuk memasuki Kawah Putih adalah 15 ribu rupiah per orang. Tiket ini dibeli 5km sebelum memasuki kawasan wisata. Perjalanan 5 km ke kawasan wisata dapat ditempuh dengan kendaraan sendiri atau menggunakan kendaraan yang disediakan oleh pengelola. Apabila menggunakan kendaraan yang disediakan dikenakan biaya 25 ribu rupiah per orang. Tapi, kami memilih untuk membawa serta angkot ke atas dengan tambahan biaya 150 ribu rupiah. (silakan dihitung.. akan lebih murah membawa mobil ke atas jika rombongan lebih dari 6 orang :D )

Sunny day, cool weather, I think it was perfect! Langsung saja kami menghambur turun dari angkot. Beberapa dari kami antre dulu di kamar mandi sebelum 'terjun' ke kawah. Satu hal yang menarik perhatian saya, which is good, adalah ada semacam medical center untuk penanganan pengunjung yang sangat mungkin keracunan belerang. Ya...Kawah Putih ini memang mengeluarkan gas belerang. Papan peringatan pun dipasang sebagai langkah preventif. Jempol!!

Memasuki Kawah Putih kami tak perlu dikhawatirkan masalah tiket lagi (karena sebelumnya saya pikir begitu). Jadi tinggal masuk saja mengikuti jalur yang ditunjukkan. Jalur masuk dan jalur keluar kawah dibedakan tersendiri jadi lebih terorganisir. Lagi-lagi papan pertunjuknya sangat memudahkan. Sebelum menuruni tangga menuju kawasan kawah, kami pun disambut oleh lantunan musik dari kecapi.

Pemain Kecapi

pemandangan kawah putih

pemandangan kawah putih

pemandangan kawah putih


pemandangan kawah putih

Pada saat menuruni tangga menuju kawah, keindahan kawah putih mulai terlihat di balik pepohonan. Sesampainya di ujung turunan, hamparan danau kawah bernuansa hijau tosca membentang. Yang membuat tempat ini dikenal Kawah Putih adalah hamparan tanah yang bersisian dengan danau tesebut. Diseberang danau terlihat semacam bukit. Lengkap sudah pemandangan indah disana, danaunya, hamparan tanah disisi danau, bukit di seberang, dan pepohonan yang cukup unik.

Berdasarkan arah jalurnya, kami diarahkan ke sisi kiri (dari arah datang). Seperti yang telah diperingatkan oleh papan petunjuk, gas belerang langsung menyeruak. Oh iya, apabila ingin menggunakan masker, sebelum memasuki kawasan ada penjual masker. Saya sendiri kurang tahu harganya karena tidak membeli. Saat itu, kalau baunya menyengat saya menggunakan jaket untuk menutupi hidung,hehe..Jika ingin menyiapkan lebih awal dan khawatir harga masker yang dijual di sana mahal, bisa saja membeli sebelum berangkat.

Di sisi kiri ini, kami mengambil beberapa foto. Ada terdapat beberapa spot yang bagus untuk berfoto. Hal yang perlu diwaspadai banyaknya pengunjung yang datang. Hal ini akan membatasi kita untuk mengambil foto mungkin tidak mendapatkan spot yang diinginkan, musti mengantre, atau kemungkinan munculnya 'objek-objek' yang tidak diinginkan dalam foto kita. Kenapa saya sangat concern mengenai foto-memfoto karena memang inilah yang menjadi nilai jual tempat wisata ini. Mungkin ada baiknya kalau melakukan perjalanan saat weekday yang less crowded.







Selesai di sisi kiri, kami menuju sisi kanan. Di sisi kanan kawah lebih sedikit 'tanah-putih'-nya. Pinggiran danau langsung banyak area pepohonan. Pada saat menuju sisi kanan ini, cuaca mendadak mendung dan gerimis. Tentu saja kami percepat 'ritual ambil foto' di kawasan ini. Dan memang hanya satu spot yang kita ambil. Oh iya, dalam perjalanan menuju sisi kanan ini, terdapat gua yang katanya peninggalan belanda. Tapi, harap hati-hati juga karena gua ini juga mengeluarkan gas belerang (ada papan peringatannya). 

Sekitar pukul 12 kami kembali menuju angkot untuk pulang. Kami bergegas karena saya harus mengejar bus ke Semarang dan teman lainnya mengejar kereta ke Jakarta. Pun memang dijadwalkan untuk pulang sekitar makan siang. Apalagi, cuaca sepertinya tak kunjung membaik.

Acara jalan-jalan colongan ini pun ditutup dengan unexpected traffic jam. Oh God!! Jadwal makan siang bersama gagal total karena mengejar waktu masing-masing. Beruntungnya, kami masih on schedule.