"Semua akan indah pada waktunya"
Salah satu quote yang seringkali diperdengarkan oleh banyak orang. Salah satu quote yang seringkali menjadi penyemangat saya di kala keteguhan hati saya goyah. Yah..salah satu quote yang juga membuat orang menerima sepahit apapun keadan yang sedang dilalui dengan keyakinan bahwa akan ada balasan yang sangat baik dibalik keadaan itu.
Telah saya singgung sebelumnya bahwa pada akhirnya saya menjadi salah satu penerima beasiswa studi master luar negeri dari LPDP. Setelah melalui berbagai macam kondisi, akhirnya penantian saya berbuah manis. Bukan hanya buah manis ini saja yang saya petik tetapi juga segala pelajaran yang sangat berharga seiring berkembangnya diri saya ini. Perkembangan itu kini mengarahkan saya ke satu fase hidup yang jauh dari sangkaan saya dulu. Dan semoga, diri ini masih mampu bertahan dalam perkembangan yang positif. Dan tentu saja, saya sangat berterima kasih kepada LPDP yang telah mengantarkan saya, salah satu anak Indonesia, memperoleh kesempatan yang sangat berharga ini.
Di sini, saya akan berusaha menceritakan perjalanan saya mendapatkan beasiswa ini. Sebaik yang saya mampu, sejauh yang saya ingat.
Apakah LPDP ini?
Saat saya berkeinginan untuk mendaftar beasiswa ini, saya sendiri tidak begitu mengerti tentang seluk-beluk beasiswa ini. Perlukah sampai tahu sedetil itu? Yang saya tahu, saya ingin sekali berangkat S2 di luar negeri dengan beasiswa. Tepat setelah saya membulatkan tekad untuk memperjuangkan mimpi ini, beasiswa LPDP yang baru saja lahir, seperti menjadi sebuah jawaban atas mimpi tersebut. Baru sejak tahun 2013 LPDP mulai mengirimkan awardee-nya. Kalau boleh mengutip istilah teman saya, life sign katanya. Seolah-olah merasa bahwa nantinya beasiswa ini akan menjadi bagian dari kehidupan saya. Setidaknya begitulah harapan saya saat itu.
Allah memang terlalu baik dalam mengatur kehidupan kita. Selalu! Hanya seringkali perlu diingatkan berkali-kali untuk mengingat hal itu. Kita harus melewati berbagai kejadian agar dapat mensyukuri segala nikmat yang kita dapatkan. Pun tidak lupa harus berterima kasih untuk segala pelajaran yang diambil dalam berbagai kejadian, yang baik maupun yang kurang baik.
Setelah menjadi salah satu awardee beasiswa LPDP, kini saya sedikit lebih tahu dari sebelumnya, bahwa beasiswa ini berasal dari rakyat Indonesia. Cita-cita luhur bangsa Indonesia yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa berusaha diemban oleh LPDP. Dana beasiswa LPDP ini berasal dari dana abadi yang mana merupakan dana sisa APBN dari Kementrian Keuangan, Kementrian Agama, dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sangat diusahakan sekali bahwa dana yang digunakan untuk membiayai putra-putri Indonesia yang sedang menempuh pendidikan tinggi tidak diambil secara langsung dari dana abadi tersebut. Tetapi, hasil investasi dari dana abadi tersebut. Sejak tahun 2010, sebagaimana diusulkan oleh Ibu Sri Mulyani untuk menghimpun dana abadi untuk pendidikan, hingga tahun lalu 2013 sudah mencapai 15,6 T. Jumlah ini semakin bertambah setiap tahunnya.
Kini kita sama-sama tahu bahwa sekalipun kesejahteraan bangsa kita masih harus diperbaiki di sana-sini, rakyat masih memberikan sumbangsih dalam mencerdaskan anak bangsa. Sebagian uang yang dikeluarkan oleh seluruh rakyat Indonesia turut mengambil bagian dalam mencetak anak-anak Indonesia agar dapat membangun Indonesia menjadi jauh lebih makmur dan jauh lebih sejahtera kedepannya. Semoga seluruh rakyat sabar hingga tiba saatnya nanti kebangkitan negara dan bangsa ini. Dan juga, semoga orang-orang ini tidak lupa harus kembali untuk membangun bangsa. Dan semoga misi mulia yang diemban LPDP tetap berjalan dengan baik bahkan berkembang jauh lebih baik lagi kedepannya.
Mendaftar LPDP
Revolusi yang dilakukan LPDP tidak hanya dalam tujuan yang mulia tersebut, bahkan sampai ke level teknisnya. Pendaftaran beasiswa ini dilakukan secara online, satu hal yang masih jarang dilakukan oleh pemberi beasiswa lainnya. Ini bukan hal sepele karena semakin mempermudah bagi para pendaftar beasiswa. Jangkauan internet sudah cukup luas sehingga memberi kesempatan bagi siapapun, di seluruh pelosok negeri, untuk mendaftar beasiswa ini. Apalagi mengingat usia beasiswa ini yang masih sangat muda, jalan paling baik untuk menjangkau berbagai daerah adalah melalui internet. Ah ya..ribuan lembar kertas aplikasi otomatis tidak perlu dicetak. Ramah lingkungan, itu kalau ingin dilihat dari sisi 'lingkungan'. Selain itu, tidak perlu khawatir pula mengenai pengiriman berkas seperti yang biasa terjadi di pendaftaran beasiswa lainnya. Khawatir tidak sampai, khawatir tidak tepat waktu. Sistem pendaftaran yang sangat efektif dan efisien.
LPDP sepertinya sangat bekerja keras membangun sistem beasiswanya. Dalam satu tahun diberikan kesempatan empat kali penerimaan. Lagi-lagi satu hal yang sangat berbeda dibandingkan dengan beasiswa lainnya. Inilah yang membuat para pendaftar merasa fleksibel terkait waktu pendaftarannya. Sekalipun tidak sempat mendaftar di salah satu periode, tidak perlu lagi menunggu waktu yang lama untuk bisa mendaftar di periode berikutnya. Misalnya saja, jika ada satu dan lain hal yang belum dipersiapkan, tidak perlu menunda waktu setahun lamanya yang sangat mungkin ditemui di skema beasiswa lainnya.
Saya sendiri saat itu mengikuti batch terakhir di tahun 2013. Semestinya chance-nya termasuk besar karena target tahun 2013 belum tercapai. Demikian info yang saya dapatkan. Begitulah strateginya, berusaha memanfaatkan 'sisa kuota' tersebut. Saya masih khawatir apakah saya mampu mendapatkan beasiswa tersebut. Hanya itu yang mampu meningkatkan keyakinan dan optimisme saya dalam mendaftar beasiswa tersebut. Bersaing dengan orang-orang hebat dari seantero negeri bukan hal yang mudah.
Panggilan wawancara
Sampai tahun 2013 ditutup, tidak ada info yang saya terima terkait beasiswa LPDP. Namun, saat itu perhatian saya memang tidak sepenuhnya ke beasiswa ini. Saya masih harus mendaftar beberapa universitas untuk memperbesar peluang saya menempuh pendidikan S2 di luar negeri.
Tahun berganti, di tahun yang baru ini ada kabar gembira yang saya terima. Saya lolos tahap administrasi dan tinggal menunggu panggilan wawancara. Seharusnya hanya berselang sekitar satu atau dua minggu dari pengumuman lolos administrasi. Namun, saat itu saya harus pulang ke kampung halaman. Salah satu orang yang paling saya cintai dan hormati, kakek saya, sedang sakit keras. Kembali perhatian saya sedikit dialihkan dari beasiswa ini.
Bukan hanya karena perhatian saya teralihkan kepada kesehatan kakek saya, jaringan internet masih kurang bagus di kampung halaman. Alhasil, semacam membuang waktu kalau saya berusaha memantau email dari rumah saya di kampung halaman. Suatu ketika, saya mendapatkan SMS yang berisi undangan wawancara. Kemudian saya coba untuk pergi ke warnet di kecamatan untuk mengecek email. Dan benar ternyata, ada undangan wawancara yang diadakan di Jakarta seminggu berikutnya.
Tapi, kesehatan kakek saya saat itu belum juga membaik. Saya bimbang apakah harus kembali ke Jakarta atau tidak. Orang tua saya memberikan izin untuk kembali ke Jakarta agar dapat memenuhi undangan wawancara tersebut. Saya masih berat hati kalau harus meninggalkan kakek saat masih dalam kondisi yang belum memabik. Beliau sangat berjasa dalam kehidupan saya, beliau yang membesarkan saya, memberikan pelajaran hidup yang sangat berarti, tapi saya belum bisa membalas apapun, bahkan untuk sekedar menunggu beliau, apakah saya tidak sanggup? Saya akan menunggu sampai mendekati hari wawancara. Baru nanti saya putuskan.
Beberapa hari kemudian, kondisi kakek saya membaik, seperti ada mukjizat dari Allah. Bahkan segera setelah itu, kakek saya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tentu saya senang sekali karena hal ini memperbesar kemungkinan saya untuk menghadiri undangan wawancara. Saya lantas meminta izin dan doa restu untuk tes wawancara itu. Alhamdulillah, beliau berkenan dan memberikan doa restunya agar apa yang saya cita-citakan tercapai. Dan itu jauh dari cukup yang saya harapkan. Saya yakin, doa beliau menjadi salah satu bekal kesuksesan saya untuk mendapatkan beasiswa ini.
Tes Wawancara
Jumat pagi, 24 Januari 2014, saya berusaha datang sepagi mungkin. Cuaca di Jakarta masih kurang begitu bersahabat, di beberapa titik bahkan sudah banjir menurut berita yang saya lihat di TV. Itu kali pertama saya pergi ke kawasan perkantoran Kemenkeu yang ternyata salah satu aksesnya tertutup oleh banjir. Termasuk juga jalur busway yang seharunya mengantarkan saya ke lokasi wawancara itu. Ini di luar dugaan saya. Jalanan macet dan hujan mulai turun lagi. Saya putuskan untuk naik ojek untuk mencapai lokasi wawancara. Jalur terdekat tertutup oleh banjir sehingga kami terpaksa memutar jauh. Setelah menembus hujan dan kemacetan, saya tiba di kompleks perkantoran Kemenkeu. Terlambat. Seketika saya pupus harapan.
Tapi saya lanjutkan untuk pergi ke gedung tempat wawancara diadakan. Ruangan sudah tertutup. Dengan tergopoh-gopoh saya bertanya ke salah satu panitia apakah saya masih bisa mengikuti wawancara dengan menjelaskan kondisi yang saya lalui sebelumnya. Melihat saya yang lepek terkena hujan sepertinya dia mengerti dan memperbolehkan masuk. Alhamdulillah. Saat saya memasuki ruangan, sedang ada presentasi mengenai beasiswa LPDP ini. Setelah presentasi tersebut, diadakan daftar ulang. Baru kemudian dilanjutkan wawancara sesuai jadwal masing-masing. Saya mendapatkan jadwal wawancara keesokan harinya. Tidak, tidak boleh menyesal melalui seluruh perjuangan pagi itu. Masih beruntung diperbolehkan untuk mengikuti wawancara. Saya harus yakin perjuangan yang keras semoga menghasilkan hal yang baik.
Wawancara keesokan harinya saya jalani dengan lancar tidak seperti hari sebelumnya. Lancar bukan dalam artian diwawancarai. Saat diwawancarai, saya hanya berusaha memberikan yang saya bisa lakukan. Wawancara ini menjadi salah satu wawancara yang berkesan. Bukan karena nantinya saya menjadi penerima beasiswa LPDP. Namun, wawancara saat itu seperti wawancara terbaik yang pernah saya alami. Terdapat tiga orang yang mana kalau tidak salah dua diantaranya adalah profesor sedangkan yang lainnya adalah psikolog. Tidak seperti wawancara umumnya, mereka sepertinya sudah hafal betul tentang diri saya sebagaimana yang saya gambarkan di CV dan essay saya. Jadi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih jauh di luar apa yang telah saya tuliskan. Selain itu, mereka memberikan semacam nasehat-nasehat agar nantinya kembali untuk membangun Indonesia. Mereka juga berharap agar saya tidak berhenti hanya sampai jenjang master. Dan juga mengharapkan agar saya terus bekerja keras mewujudkan cita-cita saya sebagaimana yang telah jalani selama ini. Bukan wawancara biasa kan?
Pengumuman Hasil Wawancara
Pasca wawancara, saya kira saya bisa bernafas lega sejenak. Namun bukan demikian yang terjadi. Keesokan harinya saya mendapatkan berita duka. Kakek saya meninggal dunia. Saya sudah tidak mengerti lagi apa yang sedang terjadi. Belum genap satu bulan saya menjalani tahun itu, tapi berbagai kejadian signifikan menimpa hidup saya. Dari yang sangat baik hingga yang sangat tidak ingin saya alami. Saya berusaha untuk terus berbaik sangka kepada Allah. Bahwa setidaknya ada pelajaran yang harus saya ambil dari semua ini.
Hari itu juga saya langsung memesan tiket pesawat untuk pulang ke Solo meskipun keluarga besar saya menyarankan agar tidak perlu pulang. Saya memaksa untuk pulang. Kapan lagi saya dapat memberikan penghormatan kepada Kakek saya? Toh, tiket sudah saya beli, jadi mau tidak mau saya pasti pulang. Saya membeli tiket pesawat paling pagi keesokan harinya.
Keesokan harinya, nasib tidak berpihak kepada saya, pesawat musti delay karena kondisi cuaca sedang tidak bagus. Tidak tanggung-tanggung saya harus menunggu selama tiga jam untuk penundaan itu. Ya Rabbii... Saya tidak sempat melihat beliau untuk terakhir kalinya. Niat saya untuk memberikan penghormatan terakhir gagal sudah. Dengan berat hati saya 'iyakan' pertanyaan Pakde agar tidak usah menunggu saya.
Satu hal yang pasti, cinta Kakek saya terlalu besar kepada saya. Banyak hal yang beliau lakukan dan korbankan demi saya. Bahkan hingga saat-saat terakhirnya. Di saat terakhir, beliau masih melakukan hal yang sangat luar biasa untuk cucunya yang satu ini. Saya diberikan restu untuk menghadiri undangan wawancara. Saya yakin betul, karena cinta dan restu beliaulah saya akhirnya mendapatkan beasiswa. Pengumuman lolos tahap wawancara saya terima sehari setelah kepulangan itu. Terima kasih Kakek. Satu langkah lagi menuju beasiswa yang jadi impian saya. Hanya ini yang mampu saya berikan.
Program Kepemimpinan
Tinggal satu tahapan lagi yang harus saya lalui untuk agar menjadi penerima beasiswa LPDP yaitu Program Kepemimpinan. Meskipun masih ada keengganan untuk kembali fokus ke beasiswa ini, saya harus melanjutkannya. Setelah beberapa hari di rumah, saya harus kembali ke Jakarta agar dapat menyelesaikan tugas-tugas program ini dengan baik. Alasannya karena saya membutuhkan koneksi internet yang memadai untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Setelah itu, dilanjutkan dengan programnya, semacam karantina, di berbagai lokasi.
Program Kepimpinan ini berlangsung selama 12 hari dengan tujuan untuk memperoleh kualifikasi kepemimpinan yang sesuai dengan visi-misi LPDP. Selain itu, memberikan penguatan pola pikir dan penanaman nilai-nilai bagi calon penerima beasiswa. Program ini menjadi salah satu tahapan seleksi beasiswa LPDP yakni tahapan terakhir. Meskipun ada sedikit nuansa 'ospek', secara keseluruhan saya menilai program ini baik. Saya mendapatkan teman-teman baru yang jauh lebih hebat dari saya yang mana saya juga ikut termotivasi agar mampu mengikuti mereka. Selain itu, berbagai materi dan wawasan dari berbagai tokoh maupun di beberapa lokasi program juga sangat menarik. Yang pasti, program ini telah menjadi bagian dari kehidupan saya, dan akan sangat sulit untuk dilupakan.
Selang beberapa minggu dari Program Kepemimpinan yang berkesan itu, saya mendapatkan berita bahwa saya menjadi awardee beasiswa LPDP. Alhamdulillah..
Terima Kasih LPDP
Di akhir tulisan ini, saya akan memberikan apresiasi saya kepada LPDP. Bagi saya pribadi, LPDP telah memberikan hal yang begitu berarti dalam kehidupan saya. Satu fase terbaik dalam hidup saya dibukakan jalannya oleh LPDP. Satu fase yang seperti telah saya sebutkan bahwa saya tidak pernah membayangkan sebelumnya. Secara umum, LPDP telah memberikan harapan sangat baik untuk memperbaiki negeri ini dengan menjadi jembatan bagi anak bangsa agar dapat membangun Indonesia kedepannya. Selain itu, harapan pula bagi anak-anak Indonesia yang bercita-cita untuk sekolah tinggi tetapi tidak semudah kelihatannya. Masih ada yang bermimpi untuk sekolah tinggi dari berbagai pelosok negeri ini. Masih banyak pula yang harus disadarkan bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan pribadi sendiri maupun untuk kemajuan bangsa. Semoga LPDP mampu memberikan yang terbaik. Semoga saya mampu memberikan yang terbaik. Demi kemajuan tanah air Indonesia. Aamiin.
No comments:
Post a Comment