Ilustrasi gobag sodor (di gambar namanya galasin :D ) gambar diambil dari sini |
Lepas waktu isya dan
sudah makan malam, menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak kecil
seperti kami. Waktu itu sedang musim permainan gobag sodor, permainan yang
pemain utamanya adalah anak-anak yang lebih besar sebenarnya, anak kelas lima
ke atas lah. Saya dan teman sebaya yang masih kecil ini biasanya hanya jadi
pelengkap permainan agar jumlah pemainnya pas. Begitu saja kami sudah senang
bukan main walaupun hanya sebagai pelengkap. Kadang, ada yang tidak kebagian
untuk main karena pemain besarnya jumlahnya lebih banyak. Lantas hanya jadi
penonton dengan beberapa yang lain, yang lebih kecil dari saya tentunya. Itupun
sudah sangat memuaskan.
Permainan gobag
sodor ini sebenarnya bisa saja dimainkan saat siang hari. Justru sebenarnya
lebih mudah kalau siang hari. Garis permainan, orang-orangnya, dan segala
macamnya lebih terang. Tapi, sedari dulu, dari cerita-cerita ibu atau mbah
saya, sudah lazim dimainkan di malam hari, dibawah pancaran sinar bulan, di
tengah jalan, di tengah kampung.
Sinar bulan memang
menjadi cahaya utama kami. Kadang saya juga heran kenapa bulan bisa seterang
itu menerangi permainan kami di tengah jalan. Sebenarnya ada beberapa bohlam lampu
yang ditarik dari rumah tetangga saya. Tapi ini tidak membantu banyak.
Untuk mengawali
permainan ini diperlukan arena gobag sodor terlebih dahulu. Diperlukan arena
yang cukup luas agar ideal. Makanya,
kami memilih jalan di tengah kampung yang sudah diaspal. Arenanya sendiri
berupa persegi panjang yang dibagi menjadi kota-kotak kecil sama luas. Kami
biasa membuatnya dengan menggaris jalan aspal tersebut menggunakan batu kapur.
Pemainnya ada dua tim dengan jumlah pemain
masing-masing tim idealnya lima orang. Tapi waktu itu jumlahnya fleksibel saja
asalkan imbang pemainnya. Bahkan kalau ingin ramai bisa lebih dari itu. Kan
tujuan bermain ingin bersenang-senang, ya kan? Dengan begitu, anak-anak yang
kecil seperti saya juga memperoleh kesempatan main. Tapi sepertinya anak-anak
yang lebih kecil ini dijadikan umpan saja. Tapi kadang juga yang kecil-kecil
ini malah bisa lolos karena lebih lincah.
Permainannya cukup
mudah sebenarnya. Dua tim tadi dibagi menjadi tim jaga dan tim penyerang.
Misinya adalah tim jaga menghalangi tim penyerang melalui arena bolak balik.
Apabila ada seorang tim penyerang berhasil melalui arena dari ujung sampai
ujung, kemudian kembali lagi ke ujung awal dia akan menang dan menjadi
penyerang lagi. Sebaliknya, untuk menjadi pemenang tim jaga harus berhasil
menyentuh seorang tim lawan dengan catatan harus berada di atas garis arena.
Tiap-tiap orang yang jaga harus berada di tiap-tiap garis, kecuali seorang
sodor yang bisa sangat fleksibel digaris manapun termasuk garis tengah yang
membagi arena. Ketika tim jaga berhasil mengalahkan tim penyerang peran pun
berganti.
Ada beberapa hal
unik yang membuat permainan sangat seru. Saat memasuki arena di garis awal,
anggota tim penyerang harus berteriak "ndum!!" . Ini juga sebagai
tanda kalau permainan sudah dimulai. Saat mulai ini, tentu tim jaga
'mempersilakan' tim penyerang untuk melewati garis. Untuk melewati garis-garis
berikutnya, diperlukan kerja sama tim penyerang untuk mengecoh tim jaga. Ketika
tim jaga cukup lengah, rekan yang lain tentu akan mampu melewatinya.
Sebaliknya, ketika terlalu sibuk mengecoh, bisa saja sodor yang bergerak
leluasa di garis manapun bisa diam-diam menyelinap dan menyentuhnya. Sebagai
tanda telah mencapai ujung, tim penyerang harus berseru "siinn!!"
sembari melewatkan kaki di garis ujung. Berhubung di garis ujung juga ada yang
menjaga, 'sin' dapat diperoleh dengan cara beradu dengan tim jaga. Bisa adu
tangan, adu kaki, atau apapun. Walaupun bersentuhan, dalam kasus ini tim
penyerang tidak akan kalah karena keduanya melakukannya intentionally dan
secara bersamaan. Ketika salah satu berhasil menyentuh lebih dulu maka dia akan
mendapatkan 'sin' bagi tim penyerang atau mendapatkan kemenangan bagi tim jaga.
Disinilah salah satu hal yang sangat seru karena kita harus benar-benar
tangkas, kuat dan memiliki strategi. Apabila tim penyerang mendapatkan 'sin'
mereka belum menang. Mereka harus mendapatkan 'ndum' kembali dengan cara
kembali ke ujung awal. Tim jaga juga masih memiliki kesempatan untuk menang
dengan mencegat tim yang akan 'ndum'. Jika berhasil melewati garis ujung awal
sambil meneriakkan "nduumm!!", tim penyerang akan menang dan akan
menjadi tim penyerang lagi. Tapi masih ada satu hal yang bisa membuat tim
penyerang kalah walaupun sudah memperoleh 'ndum'. Yakni ketika masih ada tim
yang berusaha mendapatkan 'sin' kemudian memperolehnya. Hal ini bisa saja
terjadi ketika tim yang hendak mengambil 'sin' terlalu berkonsentrasi sehingga
tidak aware dengan sekitarnya. Itulah mengapa yang mendapatkan 'ndum' berteriak
sebagai tanda untuk teman-temannya bahwa mereka telah memenangkan permainan.
Hal ini juga bisa dijadikan strategi tim jaga yang menjaga 'sin' untuk
berpura-pura bahwa dia belum kalah bahkan memancing tim penyerang untuk
memperoleh 'sin'.
Permainan ini memang
simpel tapi tidak semudah itu dimainkan. Perlu ketangkasan, kelincahan dan
kecerdikan bahkan kekuatan untuk memainkannya. Usai bermain pun biasanya kami
mandi keringat karena memang permainannya menguras tenaga. Sudah begitu, pasti
nanti tidurnya pulas.
Senang memiliki
pengalaman permainan masa kecil seperti itu. Tidak seperti anak-anak sekarang
yang kurang bergerak dan banyak yang tertuju ke alat-alat permainan digital.
Ternyata, permainan ini tidak hanya dikenal di tanah jawa tetapi juga di tempat
lain di Indonesia dengan nama bermacam-macam seperti galasin atau galah asin
atau yang lain sebagainya. Tapi, pasti jarang yang melakukannya di malam hari
seperti yang kami lakukan :p
Gobag Sador . . . saya baru tahu permainan ini ... heheheh "dasar kuper"
ReplyDeletehehe,,karena mainan jaman dulu kali ya :D
Delete