Mesin hitung dan mesin tulis yang ditempelkan di dinding. |
Kota tua itu salah
satu wisata andalan Ibu Kota Jakarta. Sayangnya bagi saya pribadi yang hidup
bertahun-tahun di sekitaran Jakarta, belum pernah benar-benar 'menjamah'
kawasan kota tua. Paling banter hanya sekedar lewat. Sudah lama sebenarnya saya memiliki niatan untuk kesana. Terlebih lagi banyak museum yang terletak di kawasan kota
tua. Saya kira sangat menyenangkan kalau bisa menjelajah di setiap museum
tersebut.
Kamis , tiga minggu
lalu, saat hari libur Isra Mi'raj, saya dan tiga orang teman berkunjung ke kawasan
kota tua. Awalnya saya berencana untuk mengunjungi beberapa museum. Namun,
hanya museum bank mandiri yang dibuka di hari itu. Selain itu, kami tiba disana
lumayan siang. Jadilah waktu itu hanya berkunjung museum bank mandiri tersebut
dan berkeliling bangunan-bangunan kawasan itu.
Agar dapat memasuki
museum ini pengunjung diwajibkan membayar tiket masuk seharga 2000 rupiah.
Tapi, jika pengunjung merupakan nasabah Bank Mandiri, pengunjung tersebut tidak
dikenakan biaya alias gratis dengan menunjukkan kartu ATM Mandiri.
Secara umum museum
ini menampilkan sejarah dari hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perbankan.
Misalnya, di lantai satu (yang masih satu lantai dengan loket penjualan tiket)
terdapat buku besar yang dipakai untuk pembukuan zaman dahulu. Ada juga timbangan berbagai
macam ukuran dan bentuk timbangan. Selain itu, ada mesin ketik, alat hitung
analog maupun elektronik, mesin ATM, motherboard komputer, PC, bahkan CD disc.
Semuanya ditampilkan dari awal sampai yang terakhir saat ini. Masih di lantai
ini, terdapat ruangan yang memutar video kondisi sekitaran jakarta pada zaman
Belanda dulu. Teller pelayanan bank juga ada di lantai ini. Apalagi ya? Sepeda
ontel juga, patung Dewa Hermes, alat musik klasik piano-cello-violin, ada juga
tempat yang menjual menu makanan.
Mesin ATM |
Mesin Ketik |
Patung Dewa Hermes |
Mesin Hitung Koin |
Museum ini juga
memiliki ruang bawah tanah. Untuk isinya sendiri, terdapat berbagai jenis dan
ukuran brankas yang ukurannya bisa mencapai sebesar lemari. Selain itu, ada
ruang penyimpanan uang dan emas. Beberapa jenis mata uang dan surat berharga.
Uniknya surat berharga ini ada yang dalam bahasa Indonesia, Belanda, bahkan
bahasa Cina. Yang ingin menunaikan ibadah solat di sela-sela kunjungan, mushola
juga terdapat di basement ini, cukup luas dan nyaman.
Surat Berharga |
Mesin ketik yang ada di basement |
Sebenarnya masih ada tiga lantai lagi di atas. Akan tetapi, yang dijadikan sebagai tempat display museum hanya sampai lantai dua. Di lantai dua ini terdapat beberapa jenis PC dan alat elektronik lainnya dari zaman dahulu. Ada juga display alat-alat perbankan lain seperti kalkulator, timbangan dan lainnya yang di pajang di sepanjang lorong lantai dua dan tiga. Bentuknya unik-unik yang diletakkan di dalam kaca.
Kalkulator Elektronik |
Saya kira hanya
membutuhkan waktu sebentar saja untuk mengunjungi satu museum. Nyatanya tidak,
sekitar tiga jam saya berkeliling Museum Bank Mandiri. Jadi, keinginan untuk
mengunjungi beberapa museum sepertinya gagal. Ditambah lagi, hari itu hanya
Museum Bank Mandiri saja yang dibuka di kawasan Kota Tua tersebut.
Dengan demikian,
perjalanan kami tutup dengan makan siang soto padang di gang dekat Lapangan
Benteng. Kemudian, berkeliling di
seputar kawasan tersebut yang banyak memiliki bangunan kuno.
No comments:
Post a Comment