Paralayang? Salah satu hal yang tak pernah saya bayangkan
untuk saya coba. Bukan karena saya memiliki acrophobia- phobia terhadap
ketinggian, tapi saya tidak menyangka akan menjadi seorang pertualang
sampai-sampai memberanikan diri untuk mencoba olahraga ekstrim satu ini. Dan
jadilah, saat itu saya yang ingin memacu adrenalin, mencoba olahraga
paralayang. Kala itu, di Batu Malang saya memperoleh pengalaman mengudara
dengan paralayang ini.
Lalu bagaimana saya mencapai Batu, Malang saat itu?
Sebenarnya bisa dibilang merupakan suatu kebetulan untuk berlibur di Malang.
Hal ini karena pada saat itu kantor saya mengirim saya ke daerah Malang. Melewati
salah satu weekend di Malang yang lengang, saya dan beberapa teman berkeinginan
untuk sekaligus berliburan. And finally, kami memutuskan untuk pergi ke Batu
karena memang sudah terkenal dengan tempat wisatanya.
Pada awalnya kami belum juga mengetahui ke daerah wisata
mana yang akan kami kunjungi. Mencari tempat wisatanya sendiri tidak lebih
mudah daripada saat menentukan Kota Batu sebagai tujuan kami. Jadi, sebenarnya waktu itu
setengah tidak peduli dan setengah awam juga. Satu hal yang pasti, kami ingin
ke Batu, ingin bermalam di sana, ingin liburan di Batu esok harinya, that’s it!
Akhirnya, setelah makan malam di Penyetan Bu Kris, Malang, kami serombongan langsung menuju Batu, ke
penginapan di daerah Songgoriti lebih tepatnya.
Sesampainya di penginapan, tugas utama kami adalah mencari
tujuan wisata esok hari. Waktu itu sebenarnya kami masih lumayan lelah karena
pekerjaan. Tapi, apa boleh buat daripada keesokan harinya tidak jelas.
Beruntungnya kami membawa leptop yang mempermudah googling sana-sini.
Browsing,sambil ngemil, sambil ngobrol, sambil nonton TV,dan..done! Esok
harinya kami berencana untuk paralayang, air terjun coban rondo, BNS lalu
pulang.
Keesokan paginya kami sudah bersiap-siap untuk paralayang
ria. Sembari mencari sarapan pagi kami hubungi mas yosi-CP paralayang. Kami
mendapatkan kontaknya dari googling malam sebelumnya. Sebenarnya base penyedia
paralayang ini tidak jauh dari tempat kami menginap. Namun sialnya, rombongan
sudah lebih dahulu menuju bukit tempat paralayang. Kami beruntung membawa
driver pada saat itu sehingga memudahkan kami menyusul ke bukitnya. Untuk
mencapai bukit ini, kami mengikuti jalan ke arah Kediri. Selain mengikuti
panduan Masy Yoshi, di beberapa tempat di pinggir jalan terdapat papan penunjuk
arah bukit, sangat membantu. Dan yang tak kalah penting adalah pemandangan
menuju bukitnya itu, indah sekali!!
Ternyata wisatawan yang ingin mencoba paralayang ini lumayan
banyak juga. Sesampainya di bukit, sudah banyak yang mengantre. Saya sendiri
harus menunggu beberapa waktu sampai tiba giliran saya. Sebenarnya malah bagus
kalau ada waktu menunggu. Jadi bisa memiliki waktu untuk membulatkan tekad atau
membatalkannya. Waktu itu memang sensasinya,yaa…begitulah..tidak bisa digambarkan, silakan dicoba sendiri :p
Berhubung ini salah satu olahraga yang cukup ekstrim,
security itu penting. Yang menjadi concern pertama adalah berat badan. Berat
badan ini menjadi pertimbangan pasangan tandemnya nanti (Saya kurang tahu untuk
kualifikasi paralayang solo). Karena saya termasuk yang underweight jadilah
saya dipasangkan dengan tandem yang agak gemuk. Kedua adalah alas kaki. Sangat
disarankan untuk menggunakan sepatu, sepatu outdoor lebih bagus lagi. Saat itu
saya hanya menggunakan sendal tapi Mas Yoshi dengan baik hati mencarikan sepatu
untuk saya. Selanjutnya adalah perlengkapan lain seperti helm, strap pengaman,
parasut ekstra dan lainnya yang juga disediakan dari sana. Yang terakhir dan
yang tidak kalah penting adalah pengarahan untuk mengudara nanti. Harap
diperhatikan sebaik-baiknya.
Setelah salah satu teman saya terjun, tiba giliran saya
untuk terjun. Hamparan Kota Malang ada di depan saya dan membuat kaki saya di
bawah sana sedikit gemetar. Informasi dari guide-nya paralayang ini 90% tidak
akan pernah jatuh. Terlepas dari benar atau tidaknya, cukup menghibur saya kala
itu. Parasut sudah dipasang, tandem sudah di belakang saya, siap meluncur! Dan
akhirnya run..run..run..and jump!!
“I’m flyiiingg!!” Teriak saya dalam pikiran. Speechless pada
awalnya. Kemudian, setelah beberapa saat beradaptasi dengan sensasinya, saya
mulai berbincang dengan tandem saya. Sang tandem memberikan kursus kilat untuk
mengendarai paralayang tersebut. Waktu yang cukup lama di udara sampai-sampai
saya tahu kalau untuk dapat menjadi atlet paralayang harus kursus dan mengambil
lisensi, tahu kalau atlet paralayang bisa pergi jalan-jalan yang bahkan ke luar
negeri, dan lain sebagainya tentang paralayang.
Puncak dari pengudaraan saya
adalah ketika saya ditawari untuk manuver ‘mengayun’. Saya tidak tahu manuver
macam apa itu sampai saya mengalaminya.
Ternyata itu adalah manuver berputar dengan parasut sebagai pusat
putarannya (sebagai gambaran seperti wahana ontang-anting di dufan) dengan
kecepatan luar biasa. Sepertinya itu pengalaman kecepatan tertinggi saya,
bahkan sampai saya tidak bisa berkata-kata hanya mampu berteriak karena angin
menerpa wajah saya. Fiuh,, benar-benar menegangkan. Terlebih lagi, teman saya
tidak merasakan manuver itu dengan tandem mereka masing-masing (bangga,hehe)
Setelah sekitar 20 menit terbang di udara akhirnya kami
bersiap mendarat. Proses mendarat tidaklah semudah yang dibayangkan karena
harus mengendalikan paralayang sedemikian sehingga tepat di titik tertentu.
Kalau tidak berhasil, ya paling nyungsep di ladang penduduk. Tugas saya sangat
mudah yakni meluruskan kaki saja ke depan dan mempercayakan pendaratan ke
tandem. Bagi saya ini termasuk sulit karena rasa-rasanya ingin mendarat dengan
kaki sendiri. Bayangkan saja kalau kendali mendarat tidak sepenuhnya atas
kontrol diri kita, pasti masih khawatir. Tapi akhirnya saya sanggup menguasai
diri dan mempercayakan kepada tandem. Jadilah, pendaratan yang mulus.
It was totally amazing experience. Mencoba paralayang yang
bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya tentu sangat menegangkan. Akan
tetapi, pengalaman tersebut sangat memuaskan dan sangat menyenangkan.
PS:
- Postingan ini sebenarnya postingan editan dari versi Bahasa Inggrisnya. Kemudian saya ikutsertakan dalam lomba Jelajah Bumi Papua. Sampai ada pengumuman baru saya post disini. Sayangnya saya tidak memenangkan lomba tersebut.
- Saya tidak mencantumkan foto-foto disini. Silakan dilihat original versionnya disini.
Note:
- Contact Person Mas Yoshi bisa googling dengan keyword “ paralayang batu malang"
- Biaya paralayang Rp 350.000 dan jika ingin menyewa kamera Go Pro ada tambahan biaya Rp 100.000
- Sebaiknya berangkat dari pagi agar tidak ketinggalan seperti pengalaman saya kecuali membawa mobil pribadi
- Bagi yang ingin menginap, kawasan Songgoriti banyak menyediakan penginapan
- Sebaiknya datang pada saat hari cerah dan jangan lupa perlengkapan seperti sepatu, celana panjang, baju lengan panjang, atau kacamata jika diperlukan.
No comments:
Post a Comment