Selain snorkeling dan menikmati indahnya matahari pagi maupun sore, saya menyempatkan menikmati beberapa tempat lainnya. Tempat-tempat tersebut diantaranya Bukit Love, Mangrove Taman Nasional Karimun Jawa, dan Pantai Ujung Gelam. Ah iya, saya tambahkan wisata kuliner malam hari di Lapangan Karimunjawa juga ya.
1. Bukit Love
Kami mendatangi tempat ini di waktu bebas hari ketiga. Sebelumnya saya tidak pernah mendengar sama sekali keberadaan tempat ini. Beruntung sekali bapak sopir pick up menawarkan untuk pergi ke tempat ini terlebih dahulu sebelum ke mangrove karena tempatnya searah jadi sekalian mampir. Dituruti sajalah ya secara beliau ini pasti lebih tahu.
Bukit Love ini merupakan sebuah bukit yang menyajikan pemandangan laut, hutan, dan perbukitan Karimunjawa. Bisa dibilang mirip dengan Bukit Malimbu yang ada di Lombok. Sebagai penanda, terdapat semacan monumen kecil bertuliskan "LOVE". Sebenarnya saya sendiri kurang tahu kenapa disebut Bukit Love. Sayangnya, saya juga tidak menanyakan ke Si Bapak sejarah atau peruntukan tempat ini. Sementara itu, jalan menuju bukit ini sudah dicor dengan baik. Menurut Si Bapak, jalan itu nanti akan dibuat menembus sampai jalanan di sebelah Pantai Nyamplung Ragas. Jadi, akan ada track melingkar untuk menikmati spot-spot bagus tersebut. Untuk menikmati tempat ini tidak dikenakan biaya apapun alias gratis.
|
Monumen kecil penanda Bukit Love |
|
Pemandangan Laut Karimunjawa dari atas bukit |
|
Tidak hanya laut kita juga dapat melihat perbukitan di sisi kanan |
|
Dapat melihat bulan di hari cerah. Ini salah satu yang saya dapati saat berada di Bukit Love |
2. Mangrove Taman Nasional Karimun Jawa
Inilah tujuan kami menyewa pick up, menuju Mangrove Taman Nasional Karimun Jawa. Kami mengetahui tempat ini dari peta yang ada di penginapan. Lokasinya berada di sisi barat Pulau Karimunjawa. Jadi, waktu itu saya pikir bisa sekalian mampir ke Pantai Ujung Gelam. Tidak hanya jauh, jalan aspal menuju mangrove rusak di beberapa tempat. Oleh karena itu, waktu untuk menuju kesana lumayan lama, kurang lebih satu jam.
Sampai di hutan mangrove tersebut, sayangnya belum dibuka. Tempat tersebut baru dibuka pukul 8 pagi, setidaknya begitu yang kami baca di papan pengumuman. Tapi kami tidak perlu menunggu lama karena beberapa saat kemudian penjaga datang kemudian memperbolehkan kami masuk walaupun belum pukul 8. Untuk masuk taman nasional ini harus membayar tiket masuk 2.500 rupiah per orang.
Tidak perlu khawatir untuk trekking di tempat ini karena jalurnya sudah dibuat dengan papan dengan rapi. Sesekali, di sepanjang jalur itu, akan menemui rumah kecil yang bisa dijadikan untuk tempat istirahat. Awalnya, hanya pohon-pohon bakau yang kami lihat. Kemudian sampai di ujung jalur pepohonan bakau mulai berkurang dan tempatnya lebih terbuka. Tempat itu lebih mirip seperti rawa yang sedang ditumbuhi bakau-bakau kecil. Di tempat ini pula ada semacam menara yang dapat digunakan untuk melihat sekeliling. Lagi, perbukitan Karimunjawa yang indah dapat pula disaksikan dari menara ini. Untuk dapat keluar dari taman mangrove ini kami harus menembus hutan lebat bakau lagi. Satu hal yang musti diingat saat mengunjungi tempat ini adalah membawa lotion anti nyamuk. Serius, tidak hanya banyak, nyamuknya juga ganas.
|
Pintu masuk taman mangrove. (Photo by Edy) |
|
Bagian ujung jalur. Terdapat menara dan bakau-bakau kecil |
|
Pemandangan perbukitan Karimunjawa |
|
Sisi menara |
|
Pemandangan perbukitan apabila dilihat dari atas menara. (Photo by Edy) |
3. Pantai Ujung Gelam
Saya sudah ingin sekali ke Pantai ini sejak hari pertama, untuk menikmati matahari terbenam. Pantai Ujung Gelam ini memang seringkali saya dengar merupakan salah satu spot untuk menikmati matahari terbenam. Sayang sekali pihak agency tidak mengakomodir untuk ke tempat ini. Jadinya, kami mengunjungi di pagi hari ketiga yang cerah kalau tidak mau dikatakan terik.
Ternyata lokasi pantai ini sudah kami lewati saat menuju taman mangrove. Jadi, maksudnya Si Bapak adalah mengunjungi pantai ini sekaligus dalam perjalanan pulang menuju penginapan. Saya bilang, menyewa mobil adalah keputusan yang sangat tepat untuk menuju Pantai Ujung Gelam. Dari pintu masuk, jaraknya masih cukup jauh sekali. Alternatifnya, memang kapal yang digunakan untuk snorkeling sekalian digunakan untuk mampir ke pantai ini.
Akhirnya, saya bilang saya tidak menyesal walaupun saya mengunjungi Pantai Ujung Gelam bukan sore hari. Pantai ini memang indah sekali dengan pasir halus dan putih, air laut jernih, bahkan ikan-ikan banyak yang berenang ke tepian pantai. Di hari secerah itu, pemandangan pantai itu makin cantik. Untuk saya sendiri, awalnya saya bermain-main dengan pasir putih yang halus. Pasirnya juga dingin jadi membuat adem di hari terik itu. Tapi akhirnya saya tidak tahan untuk tidak nyebur ke laut dan berenang dengan ikan-ikan. Dan jika ingin menikmati pemandangan indah pantai ini, coba telusuri pantai ini dari ujung ke ujung. Jangan pula khawatir kelaparan karena ada warung-warung yang berjualan di pantai ini.
|
Pemandangan pantai di sisi kiri. (Photo by Edy) |
|
Perahu kecil. (Photo by Edy) |
|
Ini salah satu pemandangan terbaik selama saya di Karimunjawa. |
|
Pasir putihnya halus sekali. Ini di bagian kanan pantai. |
|
Pantai ini juga bisa dikunjungi dengan menggunakan kapal. |
4. Kuliner Malam di Lapangan Karimunjawa
Saya tidak lega kalau tidak menambahkan bagian ini. Selain pemandangan-pemandangan yang cantik, ada kuliner lezat yang wajib dinikmati di Karimunjawa. Tidak hanya itu, harganya juga murah. Kuliner yang saya maksud adalah seafood bakar. Kami tidak berhasil mendapatkannya di malam pertama karena ramai sekali sehingga harus antre luar biasa lama. Akhirnya kami menyerah dan berusaha di hari kedua.
Di hari kedua kami sudah memesan sejak sore hari bahkan saat ibu penjualnya baru buka. Oke saya menyebutkan harga yang murah karena memang harganya murah. Cumi yang sangat besar hanya seharga 30ribu, ikan kakap merah yang besar juga seharga 60ribu, untuk lobster, well saya tidak tahu harga pasarannya ya, tapi kami mendapatkan yang ukuran kecil dengan harga 40ribu. Ibunya terlihat jujur saat bilang kalau tidak mengambil untung banyak. Sudah begitu saya masih minta bonus dan akhirnya diberi satu bonus lobster,hehe. Tapi memang sih dibandingkan dengan saat saya di Gili Trawangan dulu yang disini relatif lebih murah. Tidak ada perbedaan harga pula untuk pengunjung lokal atau mancanegara. Dan satu hal yang harus sampaikan juga adalah sambal yang sangat enak, kedua jenisnya baik yang ada citarasa asam maupun manis. Saya bertanya ke ibu penjual memang katanya itu sambal khas Karimunjawa dan bersifat rahasia. Baiklah.. Dan walaupun kami makan seafood bakar tersebut setelah makan malam di penginapan, kami tetap makan dengan lahap seperti orang yang kelaparan. Ya mau bagaimana lagi, semuanya enak,haha
|
Seafood bakar. (Photo by Rifky) |
Related posts:
No comments:
Post a Comment