Matahari terbit dari perbukitan Pulau Lombok |
Nah, berhubung kami kehilangan kesempatan mengikuti public snorkeling tentu saja kami mencari alternatif lain. Tidak lucu kan sudah ke gili yang terkenal di lombok ini tetapi tidak snorkeling. Singkat cerita, teman saya yang ada di hotel satu lagi yang menawar harganya dari 200rb/org menjadi 160rb/org. Saya tidak tahu apakah itu termasuk mahal atau murah. Kalau mau dibandingkan dengan public snorkeling, harganya berbeda 60ribu. Whatever,, yang penting kita snorkeling di gili ini.
Lagi-lagi saya harus menyayangkan kedisiplinan waktu yang kami punyai saat disana. Setelah deal dengan kapal untuk snorkeling kami memang memilih untuk makan terlebih dahulu karena pagi harinya kami tidak sarapan. Selain itu juga melakukan persiapan dan sholat sampai-sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Praktis, waktu yang kami miliki untuk snorkeling nanti semakin sedikit karena hari makin sore. Menjadi pelajaran tersendiri sih memang, kalau ingin ke sini lagi berarti harus disiplin sekali dengan waktu. Kecuali kalau memang punya waktu yang banyak sehingga bisa diundur keesokan harinya.
Snorkeling di gili ini merupakan kali kedua saya snorkeling dan jika dibandingkan dengan sebelumnya benar-benar jauh berbeda pengalamannya. Spot pertama yang dikunjungi adalah spot snorkeling di dekat Gili Meno. Di spot ini, kami melihat karang yang berwarna-warni. Itulah kenapa saya bilang berbeda sekali dengan snorkeling saya sebelumnya di Situbondo. Keragaman karangnya disini jauh lebih banyak. Tetapi, sayangnya kami tidak bisa melihat lebih dekat. Tidak ada yang bisa free-diving soalnya. Sebenarnya sebelumnya saya pernah berhasil mencobanya tapi entah kenapa waktu itu saya tidak berani. Oh iya, mungkin perlu di waspadai juga pelampung yang disediakan. Saat itu saya mendapatkan pelampung yang less-safety. Jadi ya begitu deh, antara tidak nyaman dan takut.
Memutari Gili Meno, spot kami selanjutnya lebih dekat dengan Gili Air. Di spot kedua ini, jauh lebih bagus lagi. Selain terumbu karangnya yang makin bagus, ada banyak ikannya pula. Itulah kenapa sebelumnya disiapkan roti. Ternyata untuk menarik ikan-ikan ini. Dan benar saja kalau kita memberikan remahan roti, ikan-ikan langsung bergumul di tempat roti tersebut. Apalagi kalau remahan rotinya di sekitar tubuh kita, kita akan dikerubutin ikan warna-warni yang cantik itu. Di spot kedua ini, saya minta diajari pengemudi kapal untuk free-diving. Beberapa kali dia mencontohkan tapi saya belum juga berani mencobanya. Pelampung yang sudah tidak nyaman sudah saya lepas dari tadi. Menurut saya, jauh lebih leluasa untuk bergerak dan malahan kalau pakai pelampung energi cepat terkuras habis. Ya, beberapa kali saya 'nebeng' pelampung teman saya kalau kelelahan. Di sisi kapal yang lain, ternyata tidak terlalu dalam, hanya 2-3 meter mungkin. Saya membulatkan tekad dan berhasil melakukan free-diving. Yess, berhasil!! Tapi sayangnya beberapa waktu kemudian kami selesai di spot itu. Rasa penasaran saya harus dibayar di spot berikutnya.
Usai dari spot kedua ini, kami diberi kesempatan untuk istirahat di Gili Air. Atau bisa juga menambah energi dengan membeli makanan. Beberapa teman saya juga membeli pop mie. Hal yang paling mengesankan dari Gili Air ini adalah pantainya putih sekali dan sangat lembut, seperti tepung. Itu adalah pasir pantai terlembut yang pernah saya temui. Kontras sekali dengan pasir Pantai Kuta sebelumnya. Selain itu, atmosfir di Gili Air ini sangat menenangkan berbeda dengan di Gili Trawangan. Jadi kalau melihat sekeliling, orang-orang hanya menghabiskan waktu untuk berjemur atau sambil membaca buku menikmati suasana pulau yang damai. Rasa-rasanya tidak ingin meninggalkan kedamaian pulau itu.
Pantai dengan pasir yang sangat halus* |
Kapal dengan ukuran lebih besar** |
Another bad news came. Saat kami meninggalkan pulau menuju spot terakhir, angin semakin kencang. Jelas, arus lautnya kencang juga. Walaupun saya sangat kecewa, tapi demi keselamatan tentu tidak bisa dilanjutkan. Padahal di spot ketiga ini kami bisa melihat penyu. Tapi ya sudahlah,, kami langsung menuju ke Gili Trawangan kembali dan hari itu hanya berhasil snorkeling di dua spot. Rasa penasaran saya untuk free-diving harus saya tahan untuk snorkeling berikutnya (sampai di Jakarta, saya beruntung langsung mendapatkan open trip ke Pulau Harapan)
Kekecewaan saya dibayar dengan mengelilingi Gili Trawangan dengan sepeda. Setelah beres-beres sebentar di homestay, kami langsung mencari penyewaan sepeda. Lagi, apapun itu, di pulau ini, coba saja di tawar termasuk halnya menyewa sepeda. Setelah mendapatkan sepeda, kami langsung mengikuti jalanan. Beberapa waktu kemudian, kami sampai di sisi selatan pulau. Di titik ini seharusnya kami bisa menikmati sunset, logikanya. Tapi sayangnya cuaca sedang mendung. Setelah istirahat sejenak di situ tadi, kami melanjutkan menyusuri jalanan. Di sepanjang perjalanan terlihat jajaran hotel-hotel yang lebih premium dengan menghadap pantai secara langsung. Saya kira, keuntungannya menginap disitu adalah kemungkinan melihat sunset karena posisinya di sisi barat pulau. Beberapa kali jalanan paving terputus oleh pasir-pasir dan menyulitkan untuk mengendarai sepeda. Dan yang lebih parah adalah jalur yang benar terputus yang mengharuskan kami menggotong sepeda di saat hari sudah gelap pula. Seru! Dan setelah melewati jalan terputus tersebut, kami menemukan keramaian kembali dan beberapa waktu kemudian kami selesai mengelilingi pulau.
Pantai di sisi selatan pulau** |
Tempat untuk berjemur di sisi barat pulau* |
Lelah mengelilingi pulau, kami kelaparan. Berhubung hari juga sudah malam, kami langsung mencari makan malam saja. Beberapa teman saya kembali dulu ke hotel. Jadi, kalau malam ada satu tempat yang dijadikan untuk menjual berbagai macam makanan. Sambil menunggu yang lain, kami sempat membeli makanan kecil seperti jajanan pasar, ada gorengan, kue-kue, bahkan saya membeli getuk. Tapi akhirnya kami tidak sabar menunggu yang lain karena sudah kelaparan dan makin lapar membaui aroma makanan,haha... Kami berempat, yang menunggu, membeli ikan barracuda bakar dan sate-sate seafood, cumi, ikan, udang. Menurut penjualnya, harga untuk wisatawan lokal sudah harga spesial (lebih murah dibandingkan dengan harga untuk wisatawan asing). Jadi, sudah tidak bisa ditawar lagi, sayang. Kalau harga ikan, berbeda-beda tergantung besarnya, sedangkan satenya 50rb dapat tiga tusuk apapun jenis satenya. Dan pilihan ikan barracuda merupakan pilihan yang tepat karena dagingnya enak sekali. Teksturnya belum pernah saya temui di jenis ikan lainnya yang pernah saya makan sebelumnya, yummy :9
Keesokan paginya, kami berniat untuk melihat matahari terbit. Walaupun malam sebelumnya sempat observasi ramainya malam di Gili Trawangan, kami berhasil menyaksikan matahari terbit di Gili Trawangan tersebut. Di luar dugaan saya, ternyata sedikit yang ingin menyaksikan matahari terbit ini. Momen ini akhirnya saya jadikan 'me time' dan memisahkan diri dari teman-teman saya. Saya menuju sisi pantai lainnya. Pagi itu pun, matahari terbit dengan sangat cantik. Jadi mataharinya itu terbit dari balik perbukitan yang ada di Pulau Lombok. Dengan pagi setenang itu, saya menikmati betul momen matahari terbit tersebut.
Suasana pagi di pelabuhan |
Pantai masih sepi saat pagi |
Usai menikmati matahari terbit, kami kembali ke homestay untuk bersiap-siap check out. Beruntung, walaupun harganya relatif murah, kami mendapatkan sarapan. Setelah check out kami langsung menuju pelabuhan untuk menyeberang kembali ke Lombok.
Related Posts:
Malimbu, Pit-StopSebelum Menyeberang Gili Trawangan
Related Posts:
Malimbu, Pit-StopSebelum Menyeberang Gili Trawangan
*) Photos by Benny
**) Photos by Wandi
No comments:
Post a Comment