Salju, salah satu benda asing bagi manusia-manusia yang tinggal di tempat beriklim tropis. Asing dalam artian tidak pernah menjumpai benda satu ini karena menjadi hal yang mustahil untuk bisa dijumpai oleh orang-orang yang tinggal di sekitar khatulistiwa itu. Tapi..hampir pasti mereka kenal kata salju dan tahu seperti apa bentuknya. Kan sejak dari kecil seringkali di televisi muncul tentang salju ini. Dan tidak jarang banyak yang bercita-cita untuk melihat, memegang, merasakan salju, yang hanya biasa dilihar di televisi itu, aslinya seperti apa. Malah bisa jadi keinginan itu bertahan hingga dewasa. bisa jadi..
Berhubung sekarang ini saya sedang kuliah di Belanda, berarti saya punya kesempatan untuk melihat salju secara langsung bukan? Tapi sayangnya, beberapa teman saya yang sudah tinggal dari tahun sebelumnya bilang kalau tahun lalu saja tidak turun salju. Jadi, siap-siap saja dan jangan ngarep-ngarep banget ada salju tahun ini. Oalah...karena efek pemanasan global itu mungkin ya. Sebenarnya saya juga tidak seantusias itu untuk melihat salju. Kalau ada ya syukur kalau tidak ada ya sudahlah ya. Dan benar saja, sudah saatnya musim dingin, ramalan cuaca pun bilang akan turun salju, kenyataannya PHP alias pemberi harapan palsu (ramalan cuaca di sini cukup bisa diandalkan lho ya, terutama untuk cuaca umum seperti suhu, hujan, dan kondisi awan. Tapi kalo untuk salju ya memang siap-siap saja di php-in).
Dan memang kalau sudah rejeki tidak akan kemana. Haha..bahkan melihat salju saja dikategorikan sebagai rejeki. Ya memang kan? Salju pertama saya saat itu terjadi saat masih liburan musim dingin. Beruntung saya sudah pulang dari jalan-jalan ke Jerman. Andai masih menikmati jalan-jalan liburan musim dingin, tentu saya melewatkan salju pertama saya di kota tempat tinggal saya.
Waktu itu salju turun pagi-pagi sekali, malah terhitung dini hari. Biasanya saya masih bermalas-malasan di tempat tidur di waktu sepagi itu. Tapi ntah kenapa saya terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Sambil menunggu waktu subuh, saya menghabiskan waktu di depan leptop saja. Sampai akhirnya, dari balik jendela saya lihat salju turun seperti kapas yang berterbangan ditiup angin. Perhatian saya teralihkan sepenuhnya melihat kejadian yang baru pertama kalinya terjadi dalam hidup saya itu. Memang layaknya orang bodoh, saya terus menerus melihat salju-salju yang berterbangan itu. Memang berterbangan kok, seperti sesuatu yang ringan dan lembut ditiup angin. Saya kira tadinya akan berjatuhan seperti hujan. Sekalipun sempat terpotong untuk solat subuh, saya kembali memandangi salju yang turun lama itu. Dari jalanan hitam, rumah-rumah beratap merah, pepohonan kering berwarna coklat saya amati terus sampai semuanya berwarna putih tertutupi salju tebal. Jangan ditanya apakah saya ingin lari keluar dan joget-joget di bawah salju. Tentu jawaban saya yes. Tapi akal sehat menahan saya melakukan hal itu. Malu. Haha. Rasa penasaran itu paling mentok saya wujudkan dengan keluar teras belakang, dengan kaos dan celana pendek, dibawah guyuran salju. Kemudian senyum-senyum sendiri. Dingin? Tidak begitu kok. Atau mungkin rasa dinginnya tertutupi lantaran terlalu antusias? Mungkin.
Saat tengah hari salju sudah reda. Saya masih penasaran untuk berkeliling. Bersepeda di jalanan salju saya anggap sebagai tantangan. Kalau jatuh ya sudahlah. Saya mengayuh sepeda saya ke beberapa tempat yang kiranya akan bagus saat tertutup salju. Hawa dingin memang jauh berbeda dari biasanya. Tapi lagi-lagi antusiasme yang tinggi mengabaikan rasa dingin itu.
Beruntung juga saya akhirnya bisa mendapatkan salju di tahun pertama saya. Kekhawatiran kalau tidak mendapati salju jelas tidak terbukti. Justru, salju pertama saya itu adalah salju terbanyak yang pernah saya alami. Setelahnya memang beberapa kali turun salju, tapi ya cuma sedikit.
Beberapa saat setelah hujan salju turun jalanan mulai memutih tertutupi salju |
Saat keluar teras belakang rumah, sekeliling rumah juga memutih semua karena salju. |
Ini salah satu view yang saya suka. Hasil dari menjelajah dengan menggunakan sepeda. |
Foto di atas merupakan salah satu taman di dekat kampus saya. |
Akhirnya ada dokumentasi foto berlatar salju. Tapi baru foto dua hari berikutnya. |
Bagaikan anak kecil, saya dan teman-teman antusias membuat boneka salju. |
No comments:
Post a Comment